FLEBOTOMI - Pengambilan Darah Vena / Vein Puncture / Sampling Open System
LAPORAN PRAKTIKUM FLEBOTOMI
Nama : Rosita
Budiawanty
NIM : -
Judul Praktikum : Teknik Sampling Vena
Metode : Open System
Hari, tanggal : Senin, 09 Oktober
2017
Tujuan :
Praktikum dilakukan dengan tujuan agar praktikan
dapat melakukan pengambilan darah vena metode open system dengan baik dan
benar.
Prinsip :
Pengambilan
darah vena dilakukan dengan cara membendung pembuluh darah vena agar pembuluh
darah vena tampak jelas, selanjutnya dilakukan penusukan pada pembuluh darah vena
menggunakan spuit, darah akan masuk pada ujung semprit, lalu tarik torak atau
piston sampai volume darah yang dikehendaki.
Pendahuluan :
Pengambilan
darah vena (venipuncture) dapat menggunakan dua metode, yaitu metode open
system dan close system. Metode open system merupakan proses pengambilan darah
vena dengan cara menusukan syringe ke dalam pembuluh darah vena. Pengambilan
darah vena biasanya dilakukan untuk pemeriksaan kimia klinik.
Lokasi yang biasa
digunakan untuk pengambilan darah vena umumnya diambil dari vena median
cubital. Vena median cubital terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan
siku). Vena median cubital terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar,
dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan pengambilan pada
pada vena median cubital maka pengambilan darah dapat dilakukan pada vena
chepalica, namun apabila pengambilan darah pada vena median cubital maupun vena
chepalica tidak dapat dilakukan maka dilakukan pengambilan darah pada vena
basilica. Pengambilan daran pada vena basilica memerlukan ke hati-hatian yang
lebih karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Pengambilan darah vena
pada bayi dapat dilakukan di vena lengan seperti vena median cubital, vena
chepalica, dan vena basilica namun harus digunakaan jarum yang lebih kecil dan
pengambilan darah tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan anemia
pada bayi. Selain itu, pengambilan darah vena pada bayi dapat pula dilakukan
pada vena jugularis eksterna (leher), vena fermoralis (paha) dan vena sinus
sagitalis superior (kepala). Pengambilan darah pada vena jugularis eksterna,
vena fermoralis, maupun sinus sagitalis
superior dilakukan oleh ahli. Pengambilan darah vena pada pasien stroke
dilakukan pada sisi lengan lain yang tidak mengalami stroke.
Pengambilan darah vena
pada lengan sedang diinfus dan tidak ada lokasi lain yang dapat diambil darah
venanya maka dapat dilakukan pengambilan darah vena dilokasi lengan yang sedang
diinfus dengan syarat 15 menit sebelum pengambilan darah cairan IV harus
diberhentikan, lalu pada formulir ditulis bahwa pengambilan darah dilakukan
pada lengan yang sedang diinfus karena dikhawatirkan terjadi pengenceran darah
oleh cairan infus.
Lokasi
pengambilan darah vena tidak boleh dilakukan pada sisi lengan masectomy, daerah
edema, hematoma, daerah bekas luka, daerah dengan cannula, fistula, atau
cangkok vascular, daerah intra-vena lines.
Pemasangan turniket
pada lengan pasien tidak boleh melebihi satu menit dan tidak boleh terlalu
keras dikarenakan dapat mengakibatkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai
hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST,
besi, kolestrol, lipid total).
Penusukan jarum yang
tidak tepat masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dan mengakibatkan
hematoma. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengakitfkan pembekuan.
Terdapat berbagai macam ukuran jarum
hipodermik yang ditandai dengan nomor gauge (G), yang
berbanding terbalik terhadap diameter jarum. Semakin besar nomornya, semakin
kecil diameter jarum. Demikian pula sebaliknya. Gauge (Inggris) berarti
ukuran.
Memasukan sampel darah
ke dalam tabung dapat dilakukan dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan
darah perlahan-lahan melalui dinding tabung atau dapat pula dengan menusukkan
jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika
volume telah terpenuhi.
Jenis-jenis antikoagulan:
§
Etilen
Diamin Tetrasetat (EDTA)
§
Heparin
§
Natrium
Oxalate
§
Natrium
Florida dan Kalium Oxalate
§
Acid Citrate Dextrose (ACD), dll.
Macam-macam
tabung vacutainer:
- Tabung
tutup merah.
Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan
menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test).
- Tabung
tutup kuning.
Tabung ini berisi gel separator (serum separator
tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan,
serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi.
- Tabung
tutup hijau terang.
Tabung ini berisi gel separator (plasma separator
tube/PST) dengan antikoagulan lithium
heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel
darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
- Tabung
tutup ungu atau lavender.
Tabung ini berisi EDTA (Ethylen Diamine Tetraadictive Acid.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch).
- Tabung
tutup biru.
Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
- Tabung
tutup hijau.
Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas
osmotik eritrosit, kimia darah.
- Tabung
tutup biru gelap.
Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan trace element
(zink, copper, mercury) dan toksikologi.
- Tabung
tutup abu-abu terang
Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium
oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
- Tabung
tutup hitam
Tabung ini berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk
pemeriksaan LED (ESR).
- Tabung
tutup pink
Tabung ini berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.
- Tabung
tutup putih
Tabung ini
berisi potassium EDTA,
digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan DNA.
- Tabung
tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas
Tabung ini berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan
mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur.
Urutan memasukan sampel darah ke
dalam tabung :
§ Botol
biakan (culture) darah (tabung tutup kuning-hitam)
§ Tes koagulasi, tabung berisi Natrium
sitrat (tabung tutup biru)
§ Tabung non additive atau kosong (tabung tutup merah)
§ Tabung berisi gel separator atau clot activator
(tabung tutup merah atau kuning)
§ Tabung berisi EDTA
(tabung tutup ungu)
§ Tabung berisi
Heparin (tabung tutup hijau)
§ Tabung berisi NaF
atau Na Oksalat (tabung tutup abu-abu)
I. Alat dan bahan :
Alat
1. Jarum suntik (spuit)
Alat yang digunakan untuk mengambil darah vena yang terdiri dari jarum dan piston (atau alat penarik). Ukuran jarum suntuk (spuit beragam), penggunaannya tergantung volume darah yang akan diambil, usia pasien, dan ukuran vena pada pasien.
2. Wing needle
Wing needle digunakan untuk pengambilan darah pada vena yang kecil dan rapuh, biasanya pada bayi dan pasien lanjut usia. Fungsi dari dua buah sayap yang dimiliki jarum wing needle adalah sebagai penahan guncangan tangan pasien manula, dan digunakan karena vena pasien manula lebih rapuh.
3. Tourniquet
Tourniquet digunakan untuk pembendung pembuluh darah pada bagian sekitar daerah yang akan dilakukan pengambilan darah. Tujuan dari penggunaan tourniquet adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil, dan menambah tekanan vena yang akan diambil sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah ke dalam spuit.
4. Kapas alkohol 70%
Kapas alkohol 70% digunakan untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus sebagai antiseptik area penusukan agar dapat mengurangi risiko infeksi.
5. Tabung penampung (vacutainer)
Tabung vacutainer merupakan tabung reaksi hampa udara yang terbuat dari kaca atau plastik. Prinsip kerja tabung vacutainer ini adalah ketika jarum suntik atau spuit yang telah berisi darah ditusukan ke tutup tabung vacutainer maka darah akan mengalir masuk kedalam tabung vacutainer hingga volume tertentu dan ketika volume darah tercapai maka darah akan dengan sendirinya berhenti. Tabung vacutainer ada yang berisi antikoagulan, gel sparator, clot aktivator, dan lain sebagainya.
6. Kasa steril
Kasa steril merupakan kasa yang sudah disterilkan, digunakan untuk menahan darah yang keluar setelah penusukan.
7. Micropore
Micropore digunakan untuk merekatkan kasa steril setelah dilakukan penusukan.
8. Sharp container
Merupakan wadah berwarna kuning yang digunakan untuk tempat membuang bahan infeksius sisa penusukan, seperti jarum suntik atau spuit yang telah digunakan.
Bahan
1. Darah vena median cubital
I.
Prosedur sampling :
1.
Dicuci tangan
dengan baik dan benar sebelum melakukan pengambilan darah kapiler.
2.
Digunakan alat
perlindungan diri yang baik dan lengkap. Alat perlindungan diri berupa jas
laboratorium, masker, dan handscoon.
3.
Dimulai dengan
memperkenalkan diri pada pasien, konfirmasi identitas pasien, ditanyakan
kembali apakah pasien telah menjalani syarat pemeriksaan yang akan dilakukan
(jika ada).
4.
Dijelaskan
prosedur pengambilan darah yang akan dilakukan.
5.
Disiapkan alat
yang akan digunakan untuk pengambilan darah vena.
6.
Dijelaskan
kegunaan alat-alat yang akan digunakan.
7. Meminta kepada
pasien untuk meluruskan lengannya, dipilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
8.
Meminta pasien
mengepalkan tangannya.
9.
Dipasang
tourniquet kira-kira 10 cm di atas lipatan siku.
10.
Dipilih bagian
vena median cubital atau cephalica dan dilakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena (vena teraba seperti sebuah pipa kecil,
elastis dan memiliki dinding tebal). Apabila vena tidak teraba maka lakukan
pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
daerah lengan.
11.
Dilakukan
tindakan aseptis pada daerah yang akan ditusuk menggunakan kapas alkohol
70% dengan gerakan memutar berlawanan
arah jarum jam dan dilakukan sebanyak satu putaran, lalu tunggu alkohol
mengering.
12.
Ditusuk bagian
vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke
dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (flash).
Diusahakan sekali tusuk langsung mengenai vena.
13.
Dilonggarkan
tourniquet setelah darah masuk ke dalam semprit. (tergantung jenis tourniquet
yang digunakan)
14.
Diubah posisi
tangan flebotomist. Tangan kiri memegang spuit dan tangan kanan menarik piston
dengan perlahan-langan sampai volume darah yang diambil dirasa cukup.
15.
Diubah kembali
posisi tangan, tangan kanan kembali memegang spuit.
16.
Dilepas
tourniquet dari lengan pasien.
17.
Diletakan kasa
steril di atas daerah tusukan, tarik spuit dengan hati-hati.
18.
Dimasukan spuit
ke dalam penutupnya dengan teknik ‘one hand’.
19.
Ditekan pelan
luka tusukan agar darah berhenti mengalir lalu rekatkan kasa dengan micropore.
20.
Dimasukan sample
darah yang telah diambil ke dalam tabung penampung (vacutainer) dengan cara
menusukan jarum suntik ke tutup tabung penampung. Beri identitas tabung
penampung, lalu homogenkan tabung penampung 5—8 kali.
21.
Diberikan
pemahaman atau edukasi kepada pasien mengenai komplikasi yang bisa saja terjadi
apabila pengambilan darah vena kurang baik dan cara mengatasinya, diucapkan
terimakasih kepada pasien, dan diberikan informasi kepada pasien mengenai waktu
pengeluaran hasil pemeriksaan.
22.
Dibuang spuit
dan needle, kasa steril, kapas alkohol yang telah digunakan ke dalam tempat
yang telah disediakan.
23.
Disimpan kembali
peralatan yang digunakan ke tempat semula.
24. Dilepaskan kembali alat perlindungan diri yang telah digunakan.
25. Dicuci kembali tangan setelah melakukan pengambilan sample.
I.
Hasil Praktikum :
Ø Identitas Pasien
-
Nama Pasien : Vivi E.
-
Jenis Kelamin : Perempuan
-
Usia : 19 Tahun
-
Tempat, tanggal
lahir : Riau, -- ------ -----
-
Alamat : Riau
Ø Banyaknya
Penusukan : Satu kali
Ø Volume hasil
sampling : 2 ml/cc
Ø
II.
Penjelasan Hasil Sampling :
1.
Penentuan sudut
spuit tidak sesuai dengan kedalaman vena sehingga penusukan terlalu dalam.
2.
Ketika
pergantian posisi tangan posisi jarum suntik (spuit) kurang kokoh sehingga
mengakibatkan jarum bergeser.
III.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.
Penggunaan
tourniquet maksimal satu menit karena apabila lebih dapat menyebabkan
hemokonsentrasi.
2.
Penggunaan kapas
alkohol dilakukan dengan gerakan memutar berlawanan arah jarum jam sebanyak
satu kali.
3.
Fiksasi
dilakukan agar vena tetap pada posisinya dan tidak bergeser saat akan dilakukan
penusukan. Ketika fikasi usahakan vena tetap membulat seperti pipa dan tidak
menjadi gepeng. Fiksasi dilakukan pada pasien usia lanjut dengan kondisi kulit
yang sudah tidak elastis.
4.
Usahakan tangan
tidak terlalu menekan keras bantal penyanggah karena dapat menyebabkan vena
tidak membulat seperti pipa.
5.
Teknik yang
digunakan terutama dalam penentuan sudut spuit harus sesuai dengan kedalaman
vena.
6.
Dalam pengarahan
jarum yang digunakan harus sesuai dengan arah pembuluh darah agar vena yang
diinginkan dalam pengambilan sesuai (tidak salah dalam penusukan yang
mengakibatkan salat letak pengambilan darah).
7. Setelah darah
terlihat masuk ke dalam indikator atau flash, dilakukan penarikan pompa/piston
pelan-pelan mengikuti volume masuknya darah dan tidak boleh ditarik langsung
dengan cepat. Pada beberapa kasus, pompa/piston harus ditarik terlebih dahulu
agar darah masuk ke dalam indikator atau flash.
8.
Pada saat
pergantian tangan, jarum tidak boleh ditekan ke bawah.
9. Pelepasan
tourniquet diusahakan untuk direnggangkan terlebih dahulu karena apabila
tourniquet langsung dilepas dapat menyebabkan vena goyang.
10. Sebelum penutupan luka diharuskan melepas tourniquet
terlebih dahulu.
11. Ketika pengambilan darah telah selesai luka ditutup dengan kasa steril dan hanya ditaruh diatas luka penusukan, tidak boleh ditekan. Penutup luka tidak diperbolehkan menggunakan tissue dan kapas dikarenakan tissue hanya bersifat menyerap dan penggunaan kapas dikhawatirkan menyebabkan fibrin menempel pada kapas.
12. Apabila terjadi hematoma maka kompres daerah hematoma dengann air hangat agar pembuluh darah mengalamai vasodilatasi (melebar) sehingga darah yang menyumbat terbebas.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home