Saturday, November 21, 2020

FLEBOTOMI - Pengambilan Darah Vena / Vein Puncture / Sampling Open System

LAPORAN PRAKTIKUM FLEBOTOMI

Nama                                      : Rosita Budiawanty

NIM                                        : -

Judul Praktikum                   : Teknik Sampling Vena

Metode                                   : Open System

Hari, tanggal                          : Senin, 09 Oktober 2017

Tujuan                                   :

Praktikum dilakukan dengan tujuan agar praktikan dapat melakukan pengambilan darah vena metode open system dengan baik dan benar.

Prinsip                                    :

Pengambilan darah vena dilakukan dengan cara membendung pembuluh darah vena agar pembuluh darah vena tampak jelas, selanjutnya dilakukan penusukan pada pembuluh darah vena menggunakan spuit, darah akan masuk pada ujung semprit, lalu tarik torak atau piston sampai volume darah yang dikehendaki.

Pendahuluan                         :

Pengambilan darah vena (venipuncture) dapat menggunakan dua metode, yaitu metode open system dan close system. Metode open system merupakan proses pengambilan darah vena dengan cara menusukan syringe ke dalam pembuluh darah vena. Pengambilan darah vena biasanya dilakukan untuk pemeriksaan kimia klinik.

Lokasi yang biasa digunakan untuk pengambilan darah vena umumnya diambil dari vena median cubital. Vena median cubital terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena median cubital terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan pengambilan pada pada vena median cubital maka pengambilan darah dapat dilakukan pada vena chepalica, namun apabila pengambilan darah pada vena median cubital maupun vena chepalica tidak dapat dilakukan maka dilakukan pengambilan darah pada vena basilica. Pengambilan daran pada vena basilica memerlukan ke hati-hatian yang lebih karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.

Pengambilan darah vena pada bayi dapat dilakukan di vena lengan seperti vena median cubital, vena chepalica, dan vena basilica namun harus digunakaan jarum yang lebih kecil dan pengambilan darah tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan anemia pada bayi. Selain itu, pengambilan darah vena pada bayi dapat pula dilakukan pada vena jugularis eksterna (leher), vena fermoralis (paha) dan vena sinus sagitalis superior (kepala). Pengambilan darah pada vena jugularis eksterna, vena fermoralis,  maupun sinus sagitalis superior dilakukan oleh ahli. Pengambilan darah vena pada pasien stroke dilakukan pada sisi lengan lain yang tidak mengalami stroke.

Pengambilan darah vena pada lengan sedang diinfus dan tidak ada lokasi lain yang dapat diambil darah venanya maka dapat dilakukan pengambilan darah vena dilokasi lengan yang sedang diinfus dengan syarat 15 menit sebelum pengambilan darah cairan IV harus diberhentikan, lalu pada formulir ditulis bahwa pengambilan darah dilakukan pada lengan yang sedang diinfus karena dikhawatirkan terjadi pengenceran darah oleh cairan infus.
Lokasi pengambilan darah vena tidak boleh dilakukan pada sisi lengan masectomy, daerah edema, hematoma, daerah bekas luka, daerah dengan cannula, fistula, atau cangkok vascular, daerah intra-vena lines.

Pemasangan turniket pada lengan pasien tidak boleh melebihi satu menit dan tidak boleh terlalu keras dikarenakan dapat mengakibatkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolestrol, lipid total).

Penusukan jarum yang tidak tepat masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dan mengakibatkan hematoma. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengakitfkan pembekuan.

Terdapat berbagai macam ukuran jarum hipodermik yang ditandai dengan nomor gauge (G), yang berbanding terbalik terhadap diameter jarum. Semakin besar nomornya, semakin kecil diameter jarum. Demikian pula sebaliknya. Gauge (Inggris) berarti ukuran.

Memasukan sampel darah ke dalam tabung dapat dilakukan dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung atau dapat pula dengan menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.

Jenis-jenis antikoagulan:

§  Etilen Diamin Tetrasetat (EDTA)

§  Heparin

§  Natrium Oxalate

§  Natrium Florida dan Kalium Oxalate

§  Acid Citrate Dextrose (ACD), dll.

Macam-macam tabung vacutainer:

  • Tabung tutup merah.

Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test).


  • Tabung tutup kuning.

Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi.


  • Tabung tutup hijau terang.

Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.


  • Tabung tutup ungu atau lavender.

Tabung ini berisi EDTA (Ethylen Diamine Tetraadictive Acid. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch).


  • Tabung tutup biru.

Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)


  • Tabung tutup hijau.

Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.


  • Tabung tutup biru gelap.

Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.


  • Tabung tutup abu-abu terang

Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.


  • Tabung tutup hitam

Tabung ini berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).


  • Tabung tutup pink

Tabung ini berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.


  • Tabung tutup putih

Tabung ini berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan DNA.


  • Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas

Tabung ini berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur.

Urutan memasukan sampel darah ke dalam tabung :

§  Botol biakan (culture) darah (tabung tutup kuning-hitam)

§  Tes koagulasi, tabung berisi Natrium sitrat (tabung tutup biru)

§  Tabung non additive atau kosong (tabung tutup merah)

§  Tabung berisi gel separator atau clot activator (tabung tutup merah atau kuning)

§  Tabung berisi EDTA (tabung tutup ungu)

§  Tabung berisi Heparin (tabung tutup hijau)

§  Tabung berisi NaF atau Na Oksalat (tabung tutup abu-abu)

Komplikasi yang dapat terjadi pada pengambilan flebotomi yaitu syncope (pasien kehilangan kesadaran sementara waktu akibat penurunan tekanan darah), rasa nyeri, hematoma, pendarahan, alergi (terhadap antiseptik, torniket, atau plester yang digunakan), trombosis, radang tulang, anemia (biasanya pada bayi), dan komplikasi neulogis.


       I.        Alat dan bahan                      :

Alat

1. Jarum suntik (spuit)

Alat yang digunakan untuk mengambil darah vena yang terdiri dari jarum dan piston (atau alat penarik). Ukuran jarum suntuk (spuit beragam), penggunaannya tergantung volume darah yang akan diambil, usia pasien, dan ukuran vena pada pasien.

2. Wing needle

Wing needle digunakan untuk pengambilan darah pada vena yang kecil dan rapuh, biasanya pada bayi dan pasien lanjut usia. Fungsi dari dua buah sayap yang dimiliki jarum wing needle adalah sebagai penahan guncangan tangan pasien manula, dan digunakan karena vena pasien manula lebih rapuh.

3. Tourniquet

Tourniquet digunakan untuk pembendung pembuluh darah pada bagian sekitar daerah yang akan dilakukan pengambilan darah. Tujuan dari penggunaan tourniquet adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil, dan menambah tekanan vena yang akan diambil sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah ke dalam spuit.

4.  Kapas alkohol 70%

Kapas alkohol 70% digunakan untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus sebagai antiseptik area penusukan agar dapat mengurangi risiko infeksi.

5. Tabung penampung (vacutainer)

Tabung vacutainer merupakan tabung reaksi hampa udara yang terbuat dari kaca atau plastik. Prinsip kerja tabung vacutainer ini adalah ketika jarum suntik atau spuit yang telah berisi darah ditusukan ke tutup tabung vacutainer maka darah akan mengalir masuk kedalam tabung vacutainer hingga volume tertentu dan ketika volume darah tercapai maka darah akan dengan sendirinya berhenti. Tabung vacutainer ada yang berisi antikoagulan, gel sparator, clot aktivator, dan lain sebagainya.

6. Kasa steril

Kasa steril merupakan kasa yang sudah disterilkan, digunakan untuk menahan darah yang keluar setelah penusukan.

7. Micropore

Micropore digunakan untuk merekatkan kasa steril setelah dilakukan penusukan.

8. Sharp container

Merupakan wadah berwarna kuning yang digunakan untuk tempat membuang bahan infeksius sisa penusukan, seperti jarum suntik atau spuit yang telah digunakan.


Bahan

1.        Darah vena median cubital


       I.            Prosedur sampling                :

1.        Dicuci tangan dengan baik dan benar sebelum melakukan pengambilan darah kapiler.

2.        Digunakan alat perlindungan diri yang baik dan lengkap. Alat perlindungan diri berupa jas laboratorium, masker, dan handscoon.

3.        Dimulai dengan memperkenalkan diri pada pasien, konfirmasi identitas pasien, ditanyakan kembali apakah pasien telah menjalani syarat pemeriksaan yang akan dilakukan (jika ada).

4.        Dijelaskan prosedur pengambilan darah yang akan dilakukan.

5.        Disiapkan alat yang akan digunakan untuk pengambilan darah vena.

6.        Dijelaskan kegunaan alat-alat yang akan digunakan.

7.   Meminta kepada pasien untuk meluruskan lengannya, dipilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.

8.        Meminta pasien mengepalkan tangannya.

9.        Dipasang tourniquet kira-kira 10 cm di atas lipatan siku.

10.    Dipilih bagian vena median cubital atau cephalica dan dilakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena (vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal). Apabila vena tidak teraba maka lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

11.    Dilakukan tindakan aseptis pada daerah yang akan ditusuk menggunakan kapas alkohol 70%  dengan gerakan memutar berlawanan arah jarum jam dan dilakukan sebanyak satu putaran, lalu tunggu alkohol mengering.

12.    Ditusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (flash). Diusahakan sekali tusuk langsung mengenai vena.

13.    Dilonggarkan tourniquet setelah darah masuk ke dalam semprit. (tergantung jenis tourniquet yang digunakan)

14.    Diubah posisi tangan flebotomist. Tangan kiri memegang spuit dan tangan kanan menarik piston dengan perlahan-langan sampai volume darah yang diambil dirasa cukup.

15.    Diubah kembali posisi tangan, tangan kanan kembali memegang spuit.

16.    Dilepas tourniquet dari lengan pasien.

17.    Diletakan kasa steril di atas daerah tusukan, tarik spuit dengan hati-hati.

18.    Dimasukan spuit ke dalam penutupnya dengan teknik ‘one hand’.

19.    Ditekan pelan luka tusukan agar darah berhenti mengalir lalu rekatkan kasa dengan micropore.

20.    Dimasukan sample darah yang telah diambil ke dalam tabung penampung (vacutainer) dengan cara menusukan jarum suntik ke tutup tabung penampung. Beri identitas tabung penampung, lalu homogenkan tabung penampung 5—8 kali.

21.    Diberikan pemahaman atau edukasi kepada pasien mengenai komplikasi yang bisa saja terjadi apabila pengambilan darah vena kurang baik dan cara mengatasinya, diucapkan terimakasih kepada pasien, dan diberikan informasi kepada pasien mengenai waktu pengeluaran hasil pemeriksaan.

22.    Dibuang spuit dan needle, kasa steril, kapas alkohol yang telah digunakan ke dalam tempat yang telah disediakan.

23.    Disimpan kembali peralatan yang digunakan ke tempat semula.

24.    Dilepaskan kembali alat perlindungan diri yang telah digunakan.

25. Dicuci kembali tangan setelah melakukan pengambilan sample.


       I.            Hasil Praktikum                    :

Ø  Identitas Pasien

-          Nama Pasien                        : Vivi E.

-          Jenis Kelamin                       : Perempuan

-          Usia                                      : 19 Tahun

-          Tempat, tanggal lahir           : Riau, -- ------ -----

-          Alamat                                 : Riau

Ø  Banyaknya Penusukan           : Satu kali

Ø  Volume hasil sampling : 2 ml/cc

Ø  Gambar



         

    II.            Penjelasan Hasil Sampling  :

1.        Penentuan sudut spuit tidak sesuai dengan kedalaman vena sehingga penusukan terlalu dalam.

2.        Ketika pergantian posisi tangan posisi jarum suntik (spuit) kurang kokoh sehingga mengakibatkan jarum bergeser.

 

 III.            Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.      Penggunaan tourniquet maksimal satu menit karena apabila lebih dapat menyebabkan hemokonsentrasi.

2.      Penggunaan kapas alkohol dilakukan dengan gerakan memutar berlawanan arah jarum jam sebanyak satu kali.

3.      Fiksasi dilakukan agar vena tetap pada posisinya dan tidak bergeser saat akan dilakukan penusukan. Ketika fikasi usahakan vena tetap membulat seperti pipa dan tidak menjadi gepeng. Fiksasi dilakukan pada pasien usia lanjut dengan kondisi kulit yang sudah tidak elastis.

4.      Usahakan tangan tidak terlalu menekan keras bantal penyanggah karena dapat menyebabkan vena tidak membulat seperti pipa.

5.      Teknik yang digunakan terutama dalam penentuan sudut spuit harus sesuai dengan kedalaman vena.

6.      Dalam pengarahan jarum yang digunakan harus sesuai dengan arah pembuluh darah agar vena yang diinginkan dalam pengambilan sesuai (tidak salah dalam penusukan yang mengakibatkan salat letak pengambilan darah).

7.   Setelah darah terlihat masuk ke dalam indikator atau flash, dilakukan penarikan pompa/piston pelan-pelan mengikuti volume masuknya darah dan tidak boleh ditarik langsung dengan cepat. Pada beberapa kasus, pompa/piston harus ditarik terlebih dahulu agar darah masuk ke dalam indikator atau flash.

8.      Pada saat pergantian tangan, jarum tidak boleh ditekan ke bawah.

9.   Pelepasan tourniquet diusahakan untuk direnggangkan terlebih dahulu karena apabila tourniquet langsung dilepas dapat menyebabkan vena goyang.

10.  Sebelum penutupan luka diharuskan melepas tourniquet terlebih dahulu.

11.  Ketika pengambilan darah telah selesai luka ditutup dengan kasa steril dan hanya ditaruh diatas luka penusukan, tidak boleh ditekan. Penutup luka tidak diperbolehkan menggunakan tissue dan kapas dikarenakan tissue hanya bersifat menyerap dan penggunaan kapas dikhawatirkan menyebabkan fibrin menempel pada kapas.

12. Apabila terjadi hematoma maka kompres daerah hematoma dengann air hangat agar pembuluh darah mengalamai vasodilatasi (melebar) sehingga darah yang menyumbat terbebas.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home